Cordes Sur Ciel - Si Kota Langit

Kabut tipis kembali menyelimuti La Cabèque di pagi hari. Udara dingin yang menusuk kulit itu terasa sampai ke ruang makan. Omelette ala Perancis telah tersedia untuk disantap. Namun karena suhu di dalam sangat dingin saya penasaran untuk keluar dari rumah. Mungkin salju telah turun, pikirku. 

Rumah utama tempat kami menginap letaknya berhadapan dengan sebuah cottage atau rumah yang lebih kecil.   Seperti rumah utama, cottage ini terbuat dari batu limestone yang usianya sudah ratusan tahun. Di dalam cottage ada lantai mezzanine yang sudah disulap menjadi sebuah studio cantik. 

Ternyata salju memang mulai turun, di halaman belakang cottage terlihat hamparan dataran luas dengan rumput yang terbujur kaku karena tertupi es. Pemandangan yang sangat indah.  Melangkah lebih jauh lagi memasuki wilayah pekarangan belakang  cottage, saya terkejut karena nun jauh di atas bukit saya melihat sebuah kota cantik. Kota itu diselimuti kabut jingga dan diterangi langit berwarna orange kekuningan bak sebuah negeri dongeng dalam lukisan seorang Maestro. Apakah saya sedang bermimpi? 

Cordes Sur Ciel

Bukan sulap, bukan sihir, bukan pula mimpi. Ternyata negeri kecil tersebut benar-benar ada. Namanya adalah Cordes Sur Ciel ("Cordes"), atau disebut sebagai "Kota Langit", sebuah kota kecil yang dibangun di tahun 1200-an oleh seorang bangsawan yang berasal dari Toulouse. Menurut sejarah, kota ini dibentuk untuk menampung para korban perang di zaman itu, sekaligus dijadikan suatu kota untuk strategi politik dan tentunya benteng pertahanan dari serangan musuh.

Si tua nan cantik ini tidak memiliki banyak penduduk. Terutama pada saat natal, kota ini terlihat sunyi. Hanya turis-turis pelancong yang berjiwa penasaran saja yang datang ke kota tersebut.  Itupun jumlahnya tidak banyak. Jarang sekali terlihat penduduk lokal bercengkerama di pinggiran jalan-jalan peninggalan bangsa romawi kuno di kota itu.

Tapi ada satu pengecualian. Ternyata si putih berbulu tebal ini senantiasa menyapa para turis termasuk kami. Sayang, keramahannya ternyata  tidak dengan tanpa maksud tertentu. Tanpa malu-malu, ia merogoh kantong suami saya. Mungkin dia pikir suami saya menyembunyikan makanan lezat yang bisa dia ambil. Setelah tahu kantong itu tidak ada isinya, dia pun membuang muka dan melenggang berlalu begitu saja mencari korban selanjutnya. Hehehehe.......

Cordes dipenuhi dengan batu limestones yang digunakan hampir di seluruh sudut kota. Bahkan jalanan yang mengalasi kota itu pun terbuat dari batu-batu alam. Jadi, menggunakan boots dengan hak tinggi bukan suatu pilihan yang tepat. Untung, ketika saya menjelajahi Cordes saya menggunakan boots bulu dari UGG. Selain hangat, boots ini tidak membuat kaki cepat lelah.

Banyak hal yang bisa dilakukan di Cordes. Dari mengunjungi sebuah gereja tua yaitu eglise St Michel, museum cokelat, taman surga atau jardin du paradis, sampai museum Charles Portal yang memamerkan sejarah Cordes dari zaman pertengahan. Bahkan, rumah-rumah yang dibangun di abad pertengahan itu pun masih berdiri dan berbaris dengan kokohnya. Berkunjung ke kota ini bagaikan berkunjung di kehidupan abad pertengahan. Benar-benar pengalaman yang luar biasa.

Untuk kamu pecinta seni, ada banyak artis yang tinggal di Cordes. Jadi, jangan heran kalau ada banyak galeri seni di sini, tentunya dapat kamu kunjungi.


Cordes di pagi hari, foto ini diambil dari pekarangan rumah


si putih





0 comments:

Post a Comment